Chatbot-klanten-wegjaagt
Gunawan Nur Ahmad

Gunawan Nur Ahmad

Frontend Developer

Kembali ke ringkasan
Blog

4 min baca

19 September 2025

Desktop Linux semakin baik, tapi tetap bikin kesal

Beberapa hari lalu, saya menonton suatu YouTube Reel yang menanyakan, "Apakah tahun 2025 ini tahunnya Linux di desktop?" Saya rasa, itu pertanyaan yang mengocok perut. Kita sudah terlalu sering mendengar pertanyaan yang sama bertahun-tahun—kalau tahun ini adalah tahunnya Linux—dan malah cuma jadi sekadar meme di antara para pengguna Linux, seperti saya. Tapi, dari lubuk hati yang terdalam, kita ingin hal ini jadi nyata.

Tahun ini saja, saya menonton banyak YouTubers (atau content creator lain) yang bikin video tentang Linux atau baru mencoba Linux. Sejauh ini, video yang banyak ditonton adalah Pewdipie yang sedang mencoba pakai Linux, dan bukan desktop distro biasa, tetapi dia menggunakan Arch Linux. Hal ini menjukkan kalau Linux mendapatkan lebih banyak perhatian dan menjadi semakin populer.

Berdasarkan StatCounter Global Stats, pangsa pasar Linux duduk di angka 3.9% pada Juli 2025. Angka ini cukup rendah apabila dibandingkan dengan Windows, sebesar 71.83%. Namun, kalau kita melihat trennya, perlahan-lahan, pangsa pasar Linux terus meningkat sejak beberapa tahun ke belakang. Pada tahun 2020, Linux meraih pangsa pasar sebesar 1.9% saja. Artinya, dalam kurun waktu lima tahun, Linux berhasil meningkatkan pangsa pasarnya sebanyak 2%. Ini merupakan pertanda yang baik untuk Linux, meskipun masih tertinggal jauh untuk mencapai angka pangsa pasar yang diharapkan para penggemarnya.

Sudahkah Linux semakin populer?

Ada sejumlah alasan mengapa Linux jadi semakin dikenal luas. Salah satunya adalah gaming. Banyak pengguna Linux yang merasa frustasi dengan kurangnya game support di Linux sehingga satu-satunya pilihan adalah kembali ke Windows. Namun, Valve sudah mendengar aspirasi para pengguna dan berusaha untuk membawa lebih banyak game ke Linux. Dengan memperkenalkan Proton, suatu lapisan kompatibilitas yang memungkinkan gim Windows berjalan di Linux, banyak gim populer yang kini bisa dimainkan di Linux.

Saya sendiri sudah menggunakan Linux sebagai OS utama untuk gaming, dan saya bisa memainkan banyak gim yang memang saya sukai. Satu-satunya gim yang tidak bisa dimainkan di Linux adalah gim kompetitif, seperti Valorant, yang mempunyai anti-cheat tingkat kernel (Vanguard).

Faktor lainnya mengapa Linux jadi semakin populer adalah kebangkitan distro ramah pengguna. Dulu, Linux dikenal sulit digunakan dan dikonfigurasikan. Namun sekarang, sudah ada banyak distro ramah pengguna, seperti Ubuntu, Linux Mint, dan Pop OS, yang memudahkan pengguna baru untuk memulai Linux. Distro-distro ini memiliki software bawaan dan user-friendly interface yang mirip dengan Windows dan macOS.

Bahkan Arch Linux, yang terkenal dengan distro canggihnya, sudah mulai ramah pengguna dengan memperkenalkan Arch Install, yang membantu Anda memasang Arch dengan mudah. Selain itu, ada juga Omarchy, yaitu pengaturan Arch + Hyprland yang mudah dipasang dan digunakan, dibuat oleh DHH. Tapi tetap harus berhati-hati dalam menggunakan Arch sebagai distro pertama Anda, karena seringkali membuat para pengguna baru kewalahan, apalagi kalau Anda menggunakan tiling window manager, seperti Hyprland, yang sedang naik daun.

Apakah Linux cocok untuk Anda?

Tentu saja Linux semakin baik, namun masih jauh dari kata 'sempurna', terutama bila Anda hanya menginginkan komputer yang sekadar bisa bekerja. Masih banyak perangkat lunak yang tidak tersedia di Linux. Salah satu perangkat lunak kenamaan yang tidak ada di Linux adalah Adobe dan Microsoft Office.

Meskipun beragam alternatif tersedia di Linux, perangkat-perangkat lunak ini tidak sebaik yang aslinya. Misalnya, GIMP yang merupakan alternatif populer dari Photoshop, sayangnya, masih kekurangan fitur seperti yang dimiliki Photoshop. Hal ini bisa menjadi alasan penggunakan untuk mengurungkan niatnya menggunakan Linux.

Saya juga pernah mendapatkan pengalaman buruk dengan software support. Pada salah satu proyek saya, saya perlu menggunakan Amazon Workspaces, yang sebetulnya memiliki support untuk Linux. Namun, hanya untuk Ubuntuk 22.04, sedangkan saya menggunakan 24.10. Oleh karena itu, saya berusaha mencari solusi sementara dan mengonfigurasikan banyak hal, dan malah menghabiskan banyak waktu mengonfigurasi. Akhirnya, saya menyerah dan beralik ke Windows. Hal ini membuktikan bahwa kompatibilitas perangkat lunak masih menjadi masalah besar di Linux.

Apakah Linux kekurangan software support?

Salah satu alasannya adalah pangsa pasar. Karena Linux memiliki pangsa pasar yang rendah, para software developer tidak melihat kebutuhkan membangun perangkat lunak untuk Linux. Mereka memilih fokus membangun perangkat lunak untuk Windows dan macOS, yang memang pangsa pasarnya lebih besar.

Selain itu, membangun aplikasi desktop Linux itu sulit karena fragmentasi desktop Linux. Ada beberapa protokol tampilan, seperti X11 dan Wayland, yang harus mereka pikirkan. Linux sedang dalam proses transisi dari X11 dan Wayland, dan tidak semua distro sudah mengadopsi Wayland. Hal ini bisa menjadi isu kompatibilitas untuk software developers. Meskipun Anda masih bisa menjalankan aplikasi X11 di Wayland menggunakan XWayland, sejumlah perangkat lunak mungkin saya tidak bisa bekerja dengan mulus.


Banyak orang yang semakin bersemangat setelah menyadari kekuatan Linux dan menghabiskan separuh waktunya menyesuaikan desktop Linux. Cek saja r/unixporn di Reddit dan lihat beberapa pengaturan yang mengagumkan. Kalau Anda ingin komputer yang bisa sekadar berfungsi, mungkin Linux belum cocok untuk Anda. Namun, kalau Anda ingin mencoba dan menjelajahinya, Linux patut dicoba.

Kesimpulan

Kalau Anda pikir Anda ingin mengganti haluan ke Linux, selamat mencoba. Namun, Anda harus siap menghadapi sejumlah tantangan. Linux sudah semakin baik, tapi tetap saja masih belum sempurna. Anda perlu menyisihkan waktu mengonfigurasi sistem dan mencari perangkat lunak alternatif yang Anda butuhkan. Tapi, kalau Anda sudah siap, Anda akan melihat seberapa kuat dan fleksibel sistem operasi yang bisa memenuhi kebutuhan Anda.

Reiner Telasman

Siap bertransformasi?

Reiner Telasman

IT Business Consultant